Drama! Sebuah comeback sempurna match Perdelapan Final UCL
tercatat sebagai sejarah baru di kompetisi UCL pagi tadi. Tertinggal 4 gol
pada Leg pertama, Barca sukses membalikkan keadaan di Leg kedua dan melaju ke
Perempat Final UCL usai mengebiri PSG dengan skor 6-1. Di masa lampau, Real Madrid juga sudah pernah melakukannya meskipun hanya di kompetisi kasta kedua Eropa, Piala UEFA, saat tertinggal 5-1 di Leg pertama kandang Gladbach dan menang 4-0 di markas sendiri. Inilah sepakbola. Anda
tak akan menonton begitu banyak drama sebanyak anda menontonnya di sebuah
pertandingan sepakbola. Riuh gemuruh euforia sebuah drama yang tersaji pagi tadi menguras
emosi fans Barca, yang akhirnya keluar dari goa, sebuah
kata yang mewakili alasan hilangnya sang fans layar kaca kala timnya juga
sempat digasak 4 gol tanpa balas tepat 3 minggu sebelumnya.
Di jaman dimana penikmat bola memasang mata di layar kaca
dan gadget yang tak lepas dari genggaman, emosi penikmat bola dengan cepat
terlepaskan dan akan diketahui orang banyak bahkan yang ada di seberang pulau
pun. Jari jemari menari lihai mengetuk tiap-tiap keypad menciptakan kata-kata
mutiara ala Mario Tegar. Yah, sekali
lagi inilah sepakbola. Nikmati saja tiap-tiap bagiannya.
Ini adalah masa dimana orang akan saling lempar pendapat
secara bebas, dan harapannya maklumilah. Linimasa fesbuk, twitter, status BBM, Line,
Path dan semua media sosial yang ada akan sesak
dengan tulisan ala-ala komentator sepakbola yang meski tanpa “AHAY”, “JEBRET”, “Serangan 7 hari 7
malam”, “Gol Penoda”, “Lari antar kota antar propinsi”, ataupun
“tendangan LDR” akan menggelitik anda
untuk setidaknya mengetuk tombol “like” atau bahkan menitipkan opini untuk
mendebat pada kolom komentar, tapi tolong dan semoga tak ada yang menuliskan kalimat, “Katakan amin dan sebarkan” hehehe. Jangan terlalu mempermasalahkan fans yang muncul hanya kala timnya menang, dan menghilang ketika timnya terpuruk. Ini adalah bagian yang harus tetap dinikmati sebagai penikmat sepakbola.
Tak peduli tim mana yang anda dukung, baper-baperan, singgung
menyinggung, bully mem-bully dalam komentar-komentar tentang
sepakbola adalah hal yang biasa. Jujur saja, saya justru
sangat menikmati ini dibanding harus menyaksikan teman-teman media sosial berdebat
atas nama politik, menebar kebencian, menyebar hoax, menjadi pengamat politik karbitan,
dan lain sebagainya. Saya rindu dengan masa dimana fesbuk hanya dipenuhi dengan
hal-hal ringan salah satunya kirim mengirim meme bola dan kemudian di kolom
komentarnya dipenuhi adu argument yang meski kadang lari kesana kemari masih
saja bikin greget. Kita fans layar kaca sangat menikmati itu.
Yang dirasakan fans Barca pagi ini, menurut saya sama persis dengan apa yang saya (sebagai fans Madrid) rasakan saat menyaksikan Laga Final UCL 2014, atau mungkin yang dirasakan fans MU saat melawan Bayern di Final UCL 1999. Meskipun skor, situasi, dan kondisinya berbeda, saya yakin, saya bisa merasakan euforianya seperti apa. Emosi yang lepas pasca pertandingan dengan drama seperti itu, di jaman ini akan memancing jemari buta para fans layar kaca untuk bermain di atas keypad gadget yang ia miliki tidak memandang ia memihak ke tim mana. Sebagai pihak yang mendukung, argumen positif yang keluar biasanya tentang betapa leganya ia setelah melalui tiap detik yang mendebarkan selama pertandingan, menunggu sebiji atau bahkan gol demi gol. Tapi tak jarang muncul pula yang nyinyir mencari lawan debat, utamanya kepada mereka yang tadinya sudah siap-siap mem-bully. Di sisi lawan, berjuta alasan akan diungkapnya menentang opini untuk merusak euforia sang fans rival dengan opini-opini tentang wasitlah, kompetisinyalah, negative football-lah, divinglah, bahkan dibumbui hoax-lah dan sejuta opini lainnya. Santai saja, ini sudah menjadi seni cuap-cuap bola, asal harus konsisten, jangan saat kalah ber-mario-teguh "santai! dunia ji ini", tapi giliran menang tidak santai.
Yang dirasakan fans Barca pagi ini, menurut saya sama persis dengan apa yang saya (sebagai fans Madrid) rasakan saat menyaksikan Laga Final UCL 2014, atau mungkin yang dirasakan fans MU saat melawan Bayern di Final UCL 1999. Meskipun skor, situasi, dan kondisinya berbeda, saya yakin, saya bisa merasakan euforianya seperti apa. Emosi yang lepas pasca pertandingan dengan drama seperti itu, di jaman ini akan memancing jemari buta para fans layar kaca untuk bermain di atas keypad gadget yang ia miliki tidak memandang ia memihak ke tim mana. Sebagai pihak yang mendukung, argumen positif yang keluar biasanya tentang betapa leganya ia setelah melalui tiap detik yang mendebarkan selama pertandingan, menunggu sebiji atau bahkan gol demi gol. Tapi tak jarang muncul pula yang nyinyir mencari lawan debat, utamanya kepada mereka yang tadinya sudah siap-siap mem-bully. Di sisi lawan, berjuta alasan akan diungkapnya menentang opini untuk merusak euforia sang fans rival dengan opini-opini tentang wasitlah, kompetisinyalah, negative football-lah, divinglah, bahkan dibumbui hoax-lah dan sejuta opini lainnya. Santai saja, ini sudah menjadi seni cuap-cuap bola, asal harus konsisten, jangan saat kalah ber-mario-teguh "santai! dunia ji ini", tapi giliran menang tidak santai.
Sepakbola hanyalah permainan yang diciptakan oleh manusia, drama,
kontroversi, perang, emosi, air mata, keringat, bahkan darah, hanyalah bagian kecil yang
memang tidak bisa dipisahkan darinya. Aksi dribble menawan, umpan terbosan nan
indah, shooting spektakuler, heading mematikan, selebrasi unik, diving cantik,
sprint luar biasa, penyelamatan gemilang, aksi nutmeg, tiki-taka, total football, bicycle kick, rabona
kick, panenka penalty, freekick sensasional, aksi sikut menyikut, tanduk
menanduk, tendangan karate, gigit-menggigit, handball di garis gawang,
keputusan kontroversial, tendangan bulan, gol tangan tuhan, gol hantu, offside goal, unseen handball, trophy, fans fanatik, chants ultras,
pelatih kontroversial, pitch invader, Lord Bendtner, WAG's sampai hakim garis cantik adalah beberapa tontonan yang menjadi alasan
kita mencintai sepakbola, bumbu yang nikmat walaupun hanya sebatas tontonan layar kaca. Soal emosi yang menggebu-gebu, mari bersosial media dan biarkan
jemari buta kita yang menyelesaikannya.
Argh, we love Football so much.
0 comments:
Posting Komentar