Cerita 1.
Andry: Cabe mempunyai kandungan vitamin C lebih banyak dibanding Jeruk.
Sirman: Ah, menurut saya kandungan protein susu lebih banyak.
Andry: lha, kan saya lagi bahas Cabe dan Jeruk?
Sirman: Iya, tapi kandungan protein pada susu lebih banyak jadi masih lebih bermanfaat dibanding cabe dan jeruk.
Andry: lho kok malah makin kesono? #@€$¥¢£×√*€@#
Andry: Cabe mempunyai kandungan vitamin C lebih banyak dibanding Jeruk.
Sirman: Ah, menurut saya kandungan protein susu lebih banyak.
Andry: lha, kan saya lagi bahas Cabe dan Jeruk?
Sirman: Iya, tapi kandungan protein pada susu lebih banyak jadi masih lebih bermanfaat dibanding cabe dan jeruk.
Andry: lho kok malah makin kesono? #@€$¥¢£×√*€@#
Berdebat adahal hal yang biasa. Iya, biasa bikin marah, biasa bikin malu-malu, biasa bikin bangga, dan biasa bikin emosi... Contoh di cerita 1 yang kadang bisa bikin emosi, kadang, tapi karena sekarang lagi puasa, jadi harus tahan-tahan emosi, masih lebih baik menghindari perdebatan macam itu. Iya, seperti yang sebelumnya pernah saya singgung di sini --> Pique, oh Pique... berdebat untuk sesuatu yang gak nyambung itu gak ada pangkal ujung nya.
Sejatinya berdebat adalah bertahan atas pendapat yang diungkapkan dan berusaha melemahkan pendapat orang lain. Dalam sebuah kontes debat, jika si A berargumen tentang X , kemudian si B berusaha membantah dengan argumen Y disertai Fakta Z namun tak melemahkan argumen X, si B gak bakal dapat nilai apa-apa. Ya seperti contoh cerita nomor 1, ketika Andry berargumen tentang kandungan vitamin C cabe yang lebih banyak dibanding jeruk, Argumen Sirman tentang kandungan protein pada susu sama sekali tak melemahkan argumen Andry. Biar Sirman memberikan fakta hasil penelitian dan sebagainya, argumen itu menjadi useless. Masih lebih baik andai Sirman benar-benar mau mendebat Andry, dia bilang begini, "Tidak, kandungan vitamin C 1 kg jeruk, tentunya lebih banyak dibanding sebiji cabe". Horeeeee.... Sirman benar! Ini bisa jadi pernyataan yang undebateable, tidak dapat dibantah lagi, tapi musti lakukan penelitian dulu benar tidak nya.
Woy, dalam cerita 1 itu Sirman gak pernah bermaksud mendebat Andry, dia cuma memberikan komentar saja. Berhubung Sirman orang nya memang humoris, ya, kita maklumi, mungkin ini adalah bagian dari kebiasaan nya melucu, mengomentari sesuatu dengan sesuatu yang lain, yang gak nyambung. Dan akhirnya kita tertawa, karena Sirman berhasil memberikan hiburan kepada kita. Hehehehe...
Once upon a time, saya lagi berselancar di medsos ciptaan Mark Zuckerberg, trus saya memposting sesuatu tentang turnamen sepak bola yang sedang berlangsung saat ini, Copa America Centenario dan UEFA Euro 2016. Begini postingan saya:
Terus muncul komentar ini:
Pertanyaan nya, dimana korelasinya, ketika saya membicarakan tentang kompetisi yang berlangsung di Eropa dan kompetisi yang berlangsung di Amerika, kemudian ada yang berkomentar, seakan-akan mencoba melemahkan setiap jawaban yang akan muncul akibat pertanyaan saya, dengan kompetisi yang lain, Piala Dunia, kompetisi yang sudah berlalu 2 tahun lalu. Lagi-lagi pertanyaan saya sangat simple, saat ini, ada 2 turnamen yang berlangsung, kenapa SEPERTINYA, UEFA Euro 2016 euforia nya lebih besar? Kenapa SEPERTINYA, orang orang lebih excited untuk nonton EURO dibanding Copa America? Jadi bukan soal Argentina, karena di Piala Dunia kemarin masuk Final lantas orang-orang harusnya banyak yang nonton Copa America. Ini sejujurnya hanya pendapat saya, jadi secara penglihatan saya, sepertinya euforia EURO memang lebih besar dari Copa America. Masih lebih masuk di akal saya ada yang menjawab, mungkin karena Copa America yang ditayangkan di KOMPAS TV kalah promosi dibanding EURO di RCTI. Dan memang benar waktu penayangan nya juga bisa jadi alasan, karena Copa America ditayangkan pagi (untuk penayangan wilayah Indonesia) waktu dimana orang lebih banyak berkonsenteasi untuk pekerjaan dibanding bersantai, sementara EURO sesuai waktu Indonesia ditayangkan malam dan subuh.
Tapi menurut saya komentar tentang Argentina yang masuk final Piala Dunia itu tidak ada hubungan nya. Atau jangan-jangan pernyataan saya salah, karena siapa tahu setelah dilakukan penelitian ternyata orang lebih banyak nonton Copa America dibanding EURO? Atau karena saya yang gagal fokus, atau karena otak saya lemot, ataukah mungkin karena saya kurang piknik, hingga sejujurnya saya sama sekali tak menemukan korelasi antara pertanyaan saya dan komentar yang muncul?
Piala Dunia adalah kompetisi sepak bola dunia, namanya kompetisi dunia ya negara dari belahan benua mana saja mustinya berkesempatam tampil di partai puncak. Tapi sepertinya pendapat itu sama sekali tak berkorelasi dengan pertanyaan saya tadi. Kalau dianalogikan dalam sebuah silsilah keluarga, pertanyaan saya adalah 'saya', maka komentar tadi adalah 'sepupu tiri 3 kali saya'. Jauuuuhhhhh....
Mungkin yang berkomentar itu humoris, jadi mau melucu seperti Sirman tadi. Tapi sudahlah, mungkin memang saya butuh piknik..
Awal: Ferdy melompati pagar teras.
Guru: Maksudnya bagaimana, Awal?
Awal: Iya, makanya Ferdy gak masuk sekolah pak.
Guru: Masalah pagar teras nya tadi bagaimana?
Awal: Gara-gara itu mukanya bonyok, lengan nya penuh luka memar, kakinya lebam, hitam, dan gak bisa jalan, pak.
Guru: Maksud saya kan yang melompati pagar teras itu yang bagaimana? Bukan apa akibatnya setelah itu...
Awal: Oh itu begini pak.. Kemarin Ferdy lagi duduk-duduk di teras lantai 2 rumahnya, kemudian Dayat datang panggil ngajak bermain kelereng, karena malas lewat tangga, dan kebetulan ada gundukan pasir pas depan teras itu, Ferdy lompati pagar pak, maksudnya mau mendarat di pasir, eh baju Ferdy tersangkut pagar pak, jadinya dia gak mendarat di pasir, tapi di tumpukan batu, kerikil, dan ARANG pak.
Guru: Oh begitu...
Beralih ke cerita kedua, normal gak sih percakapan Guru dengan Awal tentang Ferdy? Secara teori IRF (Teori Sinclair dan Coulthard tentang percakapan dalam kelas), percakapan antara guru dan Awal normal, karena guru bertanya, kemudian Awal merespon. Terus, masalahnya apa?
Masalahnya Awal tidak merespon dengan benar, si Guru bertanya A, si Awal menjelaskan B, C, D, E dulu baru kemudian menjawab A. Lalu apakah mereka berdebat? Ada yang menganggap mereka berdebat? Kalau ada, mungkin anda yang butuh piknik. Ayo kita buka pengertian Debat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Clear? Jadi sudah jelas, Awal dan Guru sama sekali tidak berdebat. Guru hanya beberapa kali menekankan kembali tentang pertanyaan nya di awal percakapan. Bisa jadi, Guru sudah tahu alasan Ferdy gak masuk sekolah, tapi bukan berarti ketika dia bertanya kembali, dia pura-pura bego. Bisa jadi si Guru hanya memancing, seberapa kenal Awal sama Ferdy, karena dia sebenarnya tahu, Awal dan Ferdy itu kadang berselisih paham. Awal mati-matian membela PSB (Persatuan Sepakbola Bau-Bau), Ferdy fanatik PSP (Persatuan Sepakbola Pacongkang). Lho, kok nyambung nya sampe kesitu??? Hahaha, iya kini Guru sudah tahu, sebenarnya siapa yang lebih mengenal siapa. :)
#PERHATIAN! Cerita di atas hanya Fiktif belaka, kesamaan cerita, Nama, tokoh, dan tempat hanya kebetulan saja. Waspadalah! Waspadalah!
0 comments:
Posting Komentar