Mencoba membalikkan fakta, bahwa ketika pikiran kacau, orang cenderung tidak bisa berbuat apa-apa.
Mungkin kamu sudah tidur, beristirahat tenang dalam lelah mu, merasa masalah ini stop, cukup sampai disini saja, berhenti sesuai kehendakmu, tak perlu dilanjutkan lagi. Bagiku tidak. Di saat kamu sudah terlelap, pikirku kacau, tak ada rasa kantuk sedikit pun. Masih mengganjal di hatiku, tak mau ku selesaikan hubungan ini begini saja. Tak mau ku berhenti sampai disini saja.
Bagimu, tiada maaf lagi untukku atas kesalahan yang berulang ini. Bagiku, iya memang tolol melakukan kesalahan yang sama, meskipun tau ku punya alasan dibalik itu, ku lupa satu hal, lelaki harus selalu salah.
Berkali kali kamu katakan padaku untuk mencari penggantimu, yang jauh lebih baik darimu, tapi sayang kamu lupa, tak pernah terlintas sedikit pun di pikirku seseorang yang lebih baik darimu. Kamu lupa semangatku untuk membangun masa depan bersamamu.
Maaf, satu kata yang mungkin sudah bosan kamu dengarkan, tapi tak jenuh kurangkai dalam pesan ku untuk mu, sadar hanya itu yang dapat ku lakukan. Tak pernah ada kata bosan bersama mu. Kamu mungkin tak tahu, kadang kamu sangat menjengkelkan tapi jujur ku sangat menikmati itu.
Ini bukan cerpen, apalagi puisi, banyak yang harus kuungkapkan, tapi tak tahu harus bagaimana. Menjawab telepon ku saja kamu tak mau, tapi karena kecewa mu, ku sadar mungkin ku pantas menerima nya. Tapi ku harus tetap menarikmu, memegangmu tetap dalam lintasan balap ini, garis finish sudah di depan mata, ku tak mau kamu menyerah begitu saja karena kamu kecewa dengan sikapku yang menurutmu tidak pantas kulakukan. Ku tak mau kau keluar dari lintasan dan membiarkan ku melanjutkan balap sendiri.
Malam makin larut, ku tak pernah menyalahkan mu jika mata ini sudah lupa bagaimana memejam. Jangan kamu pikir pula bahwa tulisan ini kubuat sambil meleraikan air mata, tidak, meski ku lebay, ku tak secengeng itu.
Dengan segala kerendahan hatiku, mohon maaf atas segala kekecewaan yang telah kubuat padamu, maaf atas segala sayatan yang menyisakan perih di hatimu, sungguh bukan itu maksudku. Ini adalah tamparan telak untukku, membangunkanku dalam keterlenaan atas rasa nyaman yang telah kau berikan selama ini. Maafkan ku lupa berterima kasih karena itu. Ingat perjuanganku selalu berkobar karena mu. Tak pernah sedikit pun redup, meski banyak rintangan yang mencoba menyiutkan nyaliku, ku tak selemah itu.
Tak ada yang terbaik selain kamu, tolong, tak berani ku bertanya apa kabar kamu tanpa diriku. Jawaban mu pasti baik baik saja. Kacau. Galau. Tidak bisa ku lakukan semua tanpa mu, kamu adalah yang terhebat yang bisa berada di sisiku, setidaknya itu menurutku. Tak bermaksud mengutip puisi rangga, tapi pendapat itu, jurang antara kebodohan dan keinginan ku memilikimu selamanya.
Maaf.
Bukan Rangga.
Bukan Rangga.
0 comments:
Posting Komentar