Tak penting-penting amat dan harusnya sih momennya sudah lewat, sudah basi. Ini "cuma" soal pemerintah yang mengeluarkan uang edisi khusus di momen HUT Kemerdekaan RI ke-75 yakni uang dengan pecahan 75.000. Sepeti judul post saya yang pernah saya post beberapa tahun lalu (yang tentang bola) "haters gonna hate", mungkin seperti itulah gambaran setiap tindakan atau kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah saat ini.
Soal uang edisi khusus yang dikeluarkan ini pun tak luput dari serangan para pembenci yang memang hobby mencari-cari kesalahan. Ada satu postingan opini salah seorang di antaranya yang menurut saya merekap hampir dari seluruh "tuduhan" yang ada, muncul di linimasa akun facebook saya karena dishare oleh teman. Yang dengan ke-pengecut-an saya, tak berani saya komentari pada saat itu.
Setidaknya ada 3 poin besar yang menurut saya adalah tuduhan keliru yang mungkin didasari oleh kebencian dan dengan tujuan hanya karena mencari celah kesalahan dan menarik perhatian untuk terus membenci pembuat kebijakan. Pertama adalah judul tulisannya -> "nge-prank forever". Dari judulnya, saya menganggap bahwa si penulis mungkin merasa kena prank terus menerus, hingga pada kebijakan terakhir tentang pengeluaran uang edisi khusus ini. Entah si penulis yang terlalu gila rasa (ke-ge-er-an), atau memang kurang informasi. Ia berasumsi bahwa pemerintah telah mengumumkan telah mengeluarkan "uang baru", yakni uang dengan pecahan 75.000. Atas dasar asumsi "uang baru", ia menuduh bahwa pemerintah melakukan lelucon kepada masyarakat karena uang tersebut ternyata tidak dapat digunakan sebagai alat tukar. Faktanya, pemerintah dengan tegas menerangkan bahwa uang yang dikeluarkan adalah uang baru sebagai uang "edisi khusus". Sebagaimana pada momen-momen khusus sebelumnya, kebijakan pengeluaran uang edisi khusus adalah hal yang sudah biasa dilakukan pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia.
Uang edisi khusus adalah uang baru yang dikeluarkan pemerintah dalam rangka peringatan momen khusus, dan hingga saat ini, total sudah ada 10 uang edisi khusus yang dikeluarkan dalam 4 kali momen peringatan kemerdekaan, yakni HUT ke-25, HUT ke-45, HUT ke-50, dan tahun ini HUT yang ke-75.
Yang kedua, tuduhan bahwa pengeluaran uang edisi khusus yang kemudian tidak dapat digunakan sebagai alat tukar, adalah trik yang digunakan pemerintah untuk mengambil uang dari masyarakat. Dengan jumlah 75 juta lembar uang edisi khusus yang dicetak oleh BI, si penulis beranggapan bahwa pemerintah mengambil keuntungan dengan mendapatkan total hingga 5.625.000.000.000 (lima trilyun enam ratus dua puluh lim miliar rupiah) "uang yang dapat dibelanjakan" dari masyarakat. Entah, saya merasa penulis memang terlalu ke-ge-er-an. Ia terlalu menganggap dirinya sebagai masyarakat biasa yang akan "dirampok" oleh pemerintah dengan cara menukarkan uang rupiah yang bisa ia gunakan untuk berbelanja dengan uang koleksi 1 lembar yang baru dikeluarkan pemerintah ini. Padahal tidak ada paksaan oleh pemerintah untuk setiap warga negara untuk melakukan penukaran uang. Toh kalau ia tidak mau menukarkan uangnya ya tidak usah, kan? Ribet amat, sampai harus menuliskan opini yang justru miss-informasi. Lagipula apa salahnya kita menyumbangkan 75.000 kita kepada negara yang kemudian bertukar dengan kesenangan (andai memang memang kita pecinta uang koleksi)? Si penulis terlalu gila rasa sebagai orang yang menjadi korban atas kebijakan yang saya pikir sesuatu yang biasa-biasa saja.
Ketiga, tuduhan atas gambar dalam salah satu sisi uang yang menampilkan anak berbaju daerah Tiongkok. Yang ini mungkin tidak perlu saya jelaskan panjang lebar, karena di linimasa media sosial dan di stasiun TV telah tersebar klarifikasinya dengan terang benderang.
Apa yang saya tuliskan dalam opini ini hanya semata-mata jawaban kepada si penulis yang menurut saya terlalu gila rasa, sekaligus pesan untuk semua yang telah atau pernah men-share postingan tersebut untuk selalu melakukan tabayyun, cari tahu kebenaran dulu sebelum menyebarluaskan sebuah informasi apalagi cuma berdasar opini. Coba untuk melihat segala hal jangan cuma dari satu sisi saja. Semoga kita selalu dilindungi dari sifat menyakiti terhadap sesama. Aamiin.
0 comments:
Posting Komentar