How to be Madridista and why shold be proud...

I'm Madridista. And I'm proud.

Banyak yang tanya, "Sejak kapan ko suka Real Madrid?", atau "Kenapa ko suka Real Madrid?", lebih parah ada yang tanya "Kenapa ko tak pindah suka Barcelona?"....

Susah bro, ibarat cinta pada pandangan pertama, mungkin begitu mi saya ke Real Madrid #eeaaaaa... Pertama kali kenal sepakbola, memang tak langsung kenal dengan Real Madrid, tapi Real Madrid lah yang membuat saya senang dan suka sepakbola.


Sejak kapan?
Kakak saya adalah penggemar sepakbola juga, jadi dulu itu dia langganan tabloid Bola. Waktu itu tahun 1998 (masih culun2), saya suka ikut baca itu tabloid, kebetulan karena orang-orang lagi rame ngobrol tentang Pildun yang berlangsung di Perancis. Pas ketemu berita tentang Real Madrid, ternyata itu tentang laga final Liga Champions antara Real Madrid vs Juventus. Karena kebetulan kakak saya adalah Juventini, saya memilih mendukung Real Madrid supaya tidak sama. Jauh sebelumnya, kakak saya memang sudah tanya "ko suka apa?", karena ditanya ya saya jawab "Real Madrid", walaupun tidak tahu sama sekali tentang klub ini. Di berita itu, saya paling baca head to head-nya. Bukan prediksi atau preview pertandingan, tetapi nama-nama pemainnya yang saya lihat. Seingat saya, beberapa pemain Juventus waktu itu adalah Angelo Peruzzi, Del Piero, F. Inzaghi, Igor Tudor dan Zidane, sementara Real Madrid diperkuat Redondo, Davor Suker, dan kalau tidak salah ingat Milosevic. Waktu itu Real Madrid menang 1-0 walaupun sebenarnya saya belum terlalu peduli. Hanya sejak saat itu saya mulai mencari tahu tentang Real Madrid.

Setelah World Cup '98 France berakhir, saya sudah mulai update berita sepakbola. Waktu itu saya senang dengan Brazil dengan Ronaldo-nya. Juga dengan Davor Suker (Top Skor World Cup '98) bersama Real Madrid. Meskipun berita tentang mereka masih jarang saya baca (maklum, masih kacuping yang malas baca berita). Tahun 1999, baru mulai memburu berita Real Madrid. Tak terlupakan duet striker maut yang paling mematikan waktu itu, Fernando Morientes-Raul Gonzalez. Tepat tahun 2000, di All Spanish Final Liga Champions 2000 antara Real Madrid melawan Valencia, saya senang Madrid meraih La Octava (Piala Champions yang ke-8). Meskipun waktu itu saya tak melihat pertandingannya langsung, tapi saya sangat senang Raul turut mencetak satu gol di final yang dimenangkan Real Madrid dengan skor 3-0 itu. Saya senang Real Madrid, dan saya sangat mengagumi si anak muda yang bernama lengkap Raul Gonzalez Blanco itu. Sejak saat itu saya sangat suka Real Madrid.


Kenapa Real Madrid?
Ketika pertama kali menyukai Real Madrid, saya tak pernah tahu sejarah besar milik klub raksasa ini. Saya tak pernah tahu kalau ternyata Real Madrid saat itu adalah pengoleksi terbanyak Piala Champions dan La Liga. Itu bukan alasan kenapa saya suka Real Madrid. Saya hanya sangat senang dengan Raul Gonzalez, dan alasan itu pula yang membuat saya sangat senang dengan Tim Spanyol. Seorang pemain elegan, tenang, dan pemimpin yang sangat berwibawa, the one and only. Tak salah setelah Hierro tak lagi bersama Real Madrid, ban kapten diserahkan kepada si anak muda ini.

Raul memulai karir sebagai pemain dari akademi Madrid. Dia melakoni debut tim utama pada 1994. Menariknya, saat masih kecil Madrid bermain di akademi Atletico Madrid dan menyeberang ke rival sekota, Real Madrid. Kini, Raul sudah tak lagi berseragam Real Madrid. Sang pemain meninggalkan Real Madrid dan pindah ke Schalke 04 dengan meninggalkan sejarah. Total 323 gol diciptakannya selama berseragam El Real.


Raul juga melewati masa suka duka Real Madrid. Di era Los Galacticos, Raul masih menjadi pilihan utama Real Madrid untuk menggedor pertahanan lawan, meskipun beberapa pemain bintang didatangkan seperti Zinedine Zidane, Luis Figo, Ronaldo, David Beckham, Michael Owen, Arjen Robben, dan Robinho. Saya bukan menjadi Madridista karena pemain2 bintang itu, tapi sekai lagi saya Madridista karena Raul. Raul tak pernah tergantikan di starting line up madrid, berpasangan dengan Suker, Morientes, Ronaldo, Owen, Nisterrooy, atau Robinho, Raul tetap menjadi predator utama lini depan Madrid. Di era Los Galacticos jilid II, Raul memang terpinggirkan, kedatangan pemain bintang macam C. Ronaldo, Kaka, Benzema, Ozil, dan Xabi Alonso, Raul akhirnya mengakhiri 15 tahun pengabdian bersama Madrid. Sangat sedih mengetahui pemain idola harus meninggalkan klub. Namun saya menjadi senang memantau perkembangan Schalke 04, klub Raul setelah Real Madrid.

Kenapa tak beralih suka Barcelona (yang katanya klub terbaik masa kini)?
I'm Madridista, and I'm proud. Saya mulai senang Real Madrid bukan karena waktu itu dia disebut-sebut sebagai klub terbaik. Saya suka Real Madrid bukan karena waktu itu banyak pemain bintang dunia disana. Sekali lagi, pertama kali saya kenal Real Madrid saya tak tahu apa-apa tentangnya.

Tak bisa dipungkiri sekarang adalah masa2 jaya Barcelona, rival abadi Los Merengues. Dan tak bisa dipungkiri saat ini suporter Barcelona atau yang biasa disebut Barcelonista tiba-tiba membludak. Karena apa??? Apa lagi kalau bukan karena permainan atraktif dari pemain serta prestasi yang dicapainya beberapa tahun terakhir. Sejak era Frank Rijkaard dengan Ronaldinho dan Eto'o nya, Barcelona menjadi buah bibir dan pusat perhatian utama penggemar sepakbola. Dan banyak penggemar bola beralih menyukai Barcelona ketika Messi muncul plus Guardiola dengan sihir sepakbola-nya. Tak terbantahkan! Tapi, saya bukan penggemar bola karbitan, yang menyukai klub sepakbola karena dia sekarang menjadi lebih baik, atau paling baik. Saya masih Madridista, and will always be.

Silahkan berbangga dengan tim mu, dan biarkan saya berbangga dengan tim ku.


Categories:

0 comments:

Posting Komentar