Untuk yang Tercinta

Untuk yang tercinta,

Ibu..
Maaf, aku ternyata belum bisa memberikan rasa nyaman untuk mu. Aku masih saja belum bisa mengubah, atau setidaknya memperbaiki keadaan keluarga. Ada rasa sedih yang sangat mendalam karena ternyata aku belum mampu berbuat banyak untuk mu. Tapi ku berjanji dalam hatiku, kelak kan ku bawa engkau keluar dari keadaan ini.

Keluarga kita memang bukan keluarga mapan, hidup berkecukupan, aku sadari itu. Rumah kita boleh dibilang paling jelek diantara rumah-rumah lain disekitarnya. Perabot di dalamnya pun tak selengkap punya tetangga-tetangga kita, tapi ku harap ibu tak pernah sedih karena itu. Ku harap ibu tak pernah iri dengan mereka. Aku masih berjuang demi itu.

Ibu, tak pernah dalam sehari ku tak mendengar omelan mu. Tak pernah dalam sehari ku tak mendengar keluhan mu. Aku mengerti, engkau sangat membutuhkan bantuan dari anak-anak mu di tiap aktivitas keseharian mu. Tapi ku harap keluhan dan omelan itu bukan karena engkau mulai jenuh dengan kehidupan kita yang berkecukupan ini.

Mother in her small dirty dusty house 
 Ibu, aku pun pernah malu menyadari keadaan keluarga kita yang seperti ini. Pernah tak ingin aku kedatangan tamu, atau teman-teman ku, berkunjung ke rumah kita karena malu dengan keadaan rumah. Dinding anyaman bambu yang sudah banyak yang rusak, lantai tembok yang tak rata, rumah panggung yang sangat pendek yang bisa membuat kepala terbentur pasaknya, toilet kita yang sederhana dan kecil, dapur rumah yang menyatu dengan ruang lain yang ampun berantakannya. Ayah yang tunarungu. Dengan pekerjaannya yang hanya bermain-main dengan kayu, untuk membuat sangkar burung demi makan kita sehari-hari. Aku pernah malu dengan itu semua. Tapi kini ku sadar tak boleh hanya sekedar malu. Ku berjanji dalam hatiku, akan ku ubah semampuku. Cuma, ibu, beri aku waktu meniti karir ku, dan kelak jika aku sudah mampu nanti kan ku tunaikan janji itu.

Ibu, keadaan disini sudah semakin runyam menurut perasaanku. Hanya sedikit suasana harmonis antara tetangga dengan ibu. Keluarga kita saja ada yang tak lagi mau berbicara dengan mu. Arggggh... Ibu, aku muak tiap kali pulang ke rumah, dan ku tahu ada yang menyakiti perasaan mu. Suasana disini sudah tak nyaman lagi. Menurut ku. Kelak kan ku bawa engkau pergi meninggalkan keadaan yang tak nyaman ini. Kan ku siapkan rumah yang mungkin akan lebih nyaman, meski sederhana. Tinggalkan saja perabot-perabot rumah kita ini disini. Terlalu banyak akan membuat berantakan. Tapi ibu, itu nanti, jika kelak aku sudah mampu.

Ibu, maaf karena mungkin janji ku dalam hati itu masih akan sangat lama terealisasi. Tapi asal kau tahu saja, aku terus berusaha. Tak kan kubiarkan kau menderita dengan keadaan ini.
Ibu, terimakasih doa tulus mu tiap hari, tapi sebaik-baiknya doa yang kubutuhkan adalah lindungan dari-Nya, dan agar aku tak melupakan-Nya. Teruslah berdoa, dan ku coba terus berusaha demi keluarga kita.

Untuk mu yang tercinta, ibu.
Categories:

0 comments:

Posting Komentar